Pagi banget
jam empat pagi, Amri dan rombongan pengantin pria sudah bersiap pergi untuk
melamar dan menikah dengan gadis pujaannya.
Pria jomblo
usia 28 tahun itu sebentar lagi mengakhir masa lajangnya dan berharap bahagia
dengan mempersunting wanita pujaannya.
Teman dan
kerabat turut serta dalam proses pengantar penganti di daerah pedalaman desa,
makanya dari Jakarta mereka pagi harus berangkat.
Dua jam
perjalanan akhirnya Amri dan rombongan sampai di kota tujuan di wanita, namun
ternyata lokasi masih cukup jauh sekitar 20 km dari kota, maklum tahun 90 an
belum ada GPS dan WhatApss yang bisa shareloc sehingga Amri perlu berkerja
keras untuk sampai di sana tepat pukul 11 siang.
Medan yang
sulit dengan tektur jalan berbatu dan bukit terjal harus dilaluinya. Tapi
inipun harus di pandu oleh seorang “navigator” yang tak lain teman guru
ngajinya.
Karena jalan
dan medan yang cukup berat ternyata membuat beberapa kali rombongan harus
berhenti dan bergotong royong mendorong mobil calon pengantin pria. Akhirnya
pas pukul 13 Amri dan rombongan sampai, Amri sumringah harapan menikah sudah di
depan mata.
Namun takdir
berkehendak lain, ternyata Lamaran Amri di tolak, ya di TOLAK, entah apa
alasannya hanya keluarga terdekat yang tahu.
Raut wajah
Amri cemas dan tubuhpun lemas, tidak kebayang rombongan yang datang dari
jakarta jauh ratusan kilo meter akan berakhir dan pulang dengan tangan hampa,
Amri masih berstatus “Jomblo”
Shok memang
Amri dan keluarga, namun akhirnya mereka bisa menerima penolakan ini dengan
kata penghibur “Belum Jodohnya” kata Kong Ali, kakek Amri.
Bergegas
mereka pulang ke jakarta dengan tangan kosong, namun seperti di awal saat
berangkat mereka harus mampir dulu di “pit stop” tempat peristrirahatan yang
tak lain rumah navigator atau penunjuk jalan, Namanya Pak Tono.
Beristirahat
dengan disuguhin teh manis plus pisang goreng terasa nikmat terasa, sedikit
mengurangi rasa kecewa Amri dan kebeneran lapar juga Amrinya hehe.
Ditengah
asyik minum teh, terhenti mata Amri kepada seorang yang menyuguhkan Teh dan
pisang goreng. Respon cepat Amri bertindak dengan bertanya kepada Pak Tono.
“Pak itu
siapa gadis yang menyuguhkan Teh tadi”? iya itu Nisya anak Bpk” jawab Pak Tono.
“Ngomong-ngomong
sudah di nikah belum ?” lanjut Amri bertanya lagak detektip yang lagi
introgasi.
“Belum, baru
lulus SMK” jawab Pak Tono.
Singkat
cerita Amri akhirnya memohon kepada Pak Tono untuk bisa menikahkan anaknya
Nisya sebagai ganti dan hasil dari acara lamaran Amri yang pertama yang gagal,
Alhamdulillah pihak keluarga Pak Tono dan Amri setuju, dan langsung di nikahkan
juga pada hari itu.
Amri sudah
tidak jomblo lagi dan pulang ke Jakarta tidak dengan tangan kosong karena sudah
ada Nisya sang Istri tercinta.
Kisah ini memang bener kisah nyata dan ada pelajaran bahwa Allah punya skenario akan rencana setiap hambanya.
Walau kadang tak sesuai yang di harap dan harus
melalui proses yang menyakitkan.
Namun saat
Allah sudah berkehendak, itulah yang terbaik buat Kita, jadi jangan pernah
putus asa. Karena selalu ada hikmah dari setiap kejadian dan hal ini sesuai
Firman Allah SWT :
“. . Tetapi
boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan
kamu tidak mengetahui”. (Al Baqarah, 216).
Dalam beberapa
peristiwa di dunia, hal ini juga pernah tercatat dalam sejarah yaitu saat
pembangunan menara lonceng katedral di kota Pisa, Italia.
Menara Pisa sebenarnya dibuat agar berdiri secara vertikal seperti menara lonceng pada umumnya, tetapi mulai miring tak lama setelah pembangunannya dimulai pada Agustus 1173.
Menara Pisa sebenarnya dibuat agar berdiri secara vertikal seperti menara lonceng pada umumnya, tetapi mulai miring tak lama setelah pembangunannya dimulai pada Agustus 1173.
Penyebab
utamanya adalah karena fondasi yang dangkal ditambah dengan struktur tanah yang
lunak terdiri dari pasir, tanah liat, dan endapan dari sungai Tuscano, Arno,
dan Serchio membuat tanah tidak stabil untuk menopang sebuah bangunan.
Namun pembangunan
menara yang di anggap “gagal” ini, ternyata justru kini tercatat sebagai
bangunan bersejarah di dunia.
Pada tahun
1968, Dr. Spencer Silver seorang ahli kimia dari perusahaan 3M, di USA,
berusaha mengembangkan perekat super kuat. Namun ia gagal. Lem yang dibuatnya
menempel namun tidak terlalu merekat dan mudah untuk ditarik kembali dan sekali
lagi peristiwa “gagalnya” ini ternyata merupakan cikal bakal produk perkantoran
yang terkenal yaitu POST IT, lem pembatas kertas.
Jadi jangan
melihat kesuksesan dari satu jalan lurus, ternyata Allah kasih alternatif jalan
sebagai cara menguji seberapa besar hambanya berusaha dan bertawakal.
Semoga
bermanfaat. Berkenan Like dan Berbagi kecuali Pengen J
Ayah Harits |
Belajar Jadi Ayah |